Beranda | Artikel
Hikmah dalam Berdakwah
Selasa, 2 Agustus 2022

Bismillah.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Barrak hafizhahullah -salah seorang ulama senior di Arab Saudi- mengupas faidah dari pembahasan yang ada di dalam Kitab Tauhid.

Diantara faidah yang beliau utarakan yaitu :

الإنسان في الدعوةِ إلى الله، وتحديثِ الناس، وتبليغِهم، عليه أن يُراعي أحوالَهُم، فمن يُخشى عليه أن يَغترَّ: لا تُقرأ عليه أحاديثُ الوعد، ومن يُخشى عليه القنوط: لا تُقرأ عليه أحاديثُ الوعيد، وهذه هي الحكمة في الدعوة، وهي وضع الأشياء في مواضعها.

Seorang yang menjalankan dakwah mengajak manusia menuju jalan Allah serta berbicara kepada manusia atau menyampaikan ilmu kepada mereka; hendaklah dia berusaha menjaga dan memahami kondisi mereka.

Orang yang dikhawatirkan -apabila disampaikan padanya suatu keterangan- terjerumus dalam sikap ghurur/terpedaya -oleh janji dan ampunan- maka tidak sepantasnya dibacakan kepadanya -pada kondisi itu- hadits-hadits yang berisi janji.

Adapun orang yang dikhawatirkan terjatuh pada sikap putus asa maka tidak dibacakan kepadanya hadits-hadits yang sarat dengan ancaman. Inilah hikmah dalam berdakwah; yaitu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai.

Sumber : https://sh-albarrak.com/article/390

Penjelasan :

Apabila kita cermati maka ini merupakan salah satu faidah yang sangat penting dalam menyampaikan agama Allah ini kepada manusia. Tidaklah samar bahwa di dalam ayat atau hadits terkadang ada yang memuat janji (wa’d) dan ada pula yang berisi ancaman (wa’iid). Dalil yang berisi janji tentu akan membuahkan rasa harap pada diri orang beriman. Sebagaimana dalil yang berisi ancaman akan membuahkan rasa takut di dalam hatinya.

Oleh sebab itu di dalam syari’at Islam dan dakwah al-Qur’an sering kita temui perpaduan antara targhib/memberi motivasi dengan tarhib/memberikan peringatan atau ancaman supaya orang takut. Kedua hal ini tidak boleh dipisahkan; artinya harus ada pada diri seorang mukmin. Digambarkan oleh para ulama bahwa rasa takut (khouf) dan harapan (roja’) laksana dua belah sayap seekor burung; yang tanpa keduanya maka burung itu tidak akan bisa terbang mengangkasa…

Begitu pula iman dan ketaatan kepada Allah hanya akan terangkat kepada Allah jika dilandasi dengan kecintaan, takut, dan harapan. Cinta akan menggerakkan amal salih. Takut mengekang hawa nafsu dari berbagai bentuk pelanggaran dan kezaliman. Dan rasa harap akan menumbuhkan harapan dan motivasi sehingga selamat dari keputusasaan.

Di sisi lain kenyataan manusia seringkali didominasi oleh rasa harap akan apa yang dijanjikan berupa ampunan dan rahmat Allah padahal dirinya tenggelam dalam kerusakan dan dosa tanpa ada tekad untuk meninggalkannya. Maka golongan semacam ini selayaknya tidak disuguhkan kepadanya dosis dalil janji yang lebih banyak, justru dia butuh untuk diberi peringatan dan ancaman secara lebih deras.

Begitu pula sebaliknya. Ada orang yang didominasi oleh rasa takut dan bayangan kegelapan yang terus menghantui pikiran dan masa lalunya sehingga membuatnya hampir putus asa, terlebih lagi ketika melihat sekian banyak dalil ancaman dan peringatan. Maka untuk orang seperti ini kebutuhan terhadap nasihat dan motivasi harus lebih ditambah dan diperkuat. Karena menambah dosis dalil ancaman justru membahayakan kondisi jiwanya.

Begitulah para ulama mengajarkan kepada kita dalam menghadapi berbagai jenis penyakit hati dan kerusakan iman yang menerpa masyarakat muslim. Kita butuh panduan dan bimbingan dari para ulama rabbani, bukan sekedar retorika atau kehebatan dalam menghafal dalil atau mengutip perkataan ulama. Bisa saja seorang alim kibar tergelincir, maka bagaimana lagi jika itu adalah sekedar penimba ilmu pemula dan penggerak dakwah di lapangan yang belum mengerti akan fikih dakwah para ulama…

Semoga Allah berikan taufik kepada para pemimpin kaum muslimin untuk membawa negeri ini menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur; negeri yang makmur dan mendapatkan curahan rahmat dan ampunan dari Allah penguasa alam semesta ini. Aamiin…


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/hikmah-dalam-berdakwah/